Jumat, 21 Agustus 2015

Uang Bukan Masalah Utama Anak Bangsa

"De.. tunggu Ibu.." begitu seru seorang ibu muda yang mengejar anaknya ketika ingin berpartisipasi dalam lomba tujuh belasan di kampungnya. Anak laki laki yang berusia kurang lebih 6 tahun itu seperti tidak mendengar ibunya dan tetap berlari kencang. "De.. tunggu.. ini Ibu mau kasih uang..."kata ibunya. Dengan cepat si anak berhenti dan berlari ke arah ibunya....Bayangkan betapa hebatnya pengaruh uang bagi anak anak....

Gambar dari: http://www.deviantart.com/art/Penjajahan-Uang-321878563

Anak anak usia sekolah bahkan pra sekolah di zaman ini banyak yang sudah dikenalkan dengan uang. Kebetulan saya pernah mendengar cerita dari Bapak Kepala Desa dan istrinya yang mengeluhkan keadaan anak anak di desa mereka sangat suka jajan dan marah bila tidak diberi uang jajan. Banyak juga di antara mereka yang marah jika hanya diberi uang dalam jumlah sedikit. Padahal anak anak ini berasal dari golongan keluarga yang mampu mendapatkan makan dan minum yang cukup untuk kebutuhan sehari hari. Uang yang diberikan oleh orangtuanya banyak dihabiskan untuk membeli makanan ringan, mainan, dan barang-barang lain yang tidak termasuk dalam kebutuhan pokok.

Keadaan ini menjadi lebih buruk jika uang digunakan orang tua untuk membuat anak melakukan sesuatu yang dikehendakinya seperti memberikan uang pada anak jika sudah membantu ibunya memasak, menjaga adik, dan lain lain. Uang juga kadang digunakan untuk menghibur anak yang sedang bersedih. Padahal banyak sekali yang dapat dilakukan untuk menghibur anak yang sedang bersedih, kita bisa mengajaknya bermain, berjalan jalan, berbincang bincang tentang masalah yang membuatnya bersedih dan lain lain.

Jika anak yang berasal dari keluarga berkecukupan sudah dikenalkan dengan uang, apalagi anak anak yang berada di bawah garis kemiskinan dan terlantar. Mau tidak mau mereka mengenal uang sebagai barang berharga karena mereka memang membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Uang menjadi salah satu sebab mengapa mereka terpaksa bekerja, tidak sekolah, bahkan terpaksa mengemis dan mengamen hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari hari. Mereka tidak sadar bahwa masalah utama mereka bukanlah uang.

Pada beberapa kasus, pemberian uang yang berlebihan dan tidak pada tempatnya pada anak dapat menjerumuskan anak kepada hal hal yang tidak diinginkan. Dengan uang berlebih, anak dapat menggunakan uangnya untuk hal hal yang tidak berguna bahkan membahayakan dirinya sendiri. Uang digunakan untuk membeli sesuatu dengan harapan mendapatkan hiburan dan kesenangan. Ada yang menggunakannya untuk membeli gadget, mainan, bahkan obat obatan terlarang hanya untuk mendapatkan kesenangan. Ketika uang telah habis digunakan, mereka baru sadar bahwa benda benda tersebut belum cukup. Mereka akan mencari uang dan menggunakannya lagi dan lagi untuk mendapatkan kesenangan. Situasi seperti ini lambat laun akan membuat anak terjerumus ke dalam  masalah seperti kecanduan obat terlarang, terjebak dalam dunia hitam internet, dan lain lain.

Coba bayangkan jika generasi muda di zaman ini beranggapan bahwa dengan uang mereka bisa menyelesaikan masalah hidup mereka. Apa yang terjadi jika uang menjadi cita cita dalam hidup mereka?  Jika tujuan hidup suatu generasi adalah uang, maka orang yang gagal meraih cita citanya akan frustasi dan akan berusaha memperoleh uang dengan berbagai cara. Sementara orang yang sudah berhasil akan berusaha mempertahankan dirinya agar tetap mendapatkan uang sebanyak banyaknya. Dan ketika ia mencapai cita-citanya, apakah ia akan mendapatkan kebahagiaan? bagaimana dengan peranan dan kontribusi generasi ini kepada masyarakat dan negara?

Gambar dari: http://www.ilmugrafis.com/photoshop_foto12.php?page=membuat-header-website-tampak-menarik

Sungguh, ada banyak hal yang jauh lebih bernilai dari uang yang dapat dikenalkan kepada anak yang berguna untuk kehidupannya kelak selain uang. Salah satu hal yang perlu diberikan pada setiap anak adalah pendidikan. Kita membutuhkan suatu bentuk pendidikan yang dapat menghasilkan manusia yang kuat secara lahir dan batinnya. Manusia yang dapat memberikan manfaat bagi bangsa dan negara. Manusia yang mau berjuang untuk kemajuan dan kebenaran.

Seorang anak, baik yang memiliki orang tua atau anak yatim dan terlantar berhak untuk mendapatkan pendidikan yang tepat untuk bekal masa depannya membangun negara dan masyarakat. Dan pendidikan ini membutuhkan proses. Proses pendidikan yang baik tidak hanya berlangsung di dalam kelas dalam kondisi formal. Proses ini berlangsung dalam kehidupan sehari hari seorang anak selama dua puluh empat jam secara terus menerus dalam kehidupannya. Apa yang dilihat, dialami dan dikerjakan oleh anak sehari hari adalah suatu proses pendidikan.

Anak anak bukan hanya belajar di dalam kelas, ia belajar melalui apa pun yang dilihatnya di mana saja, kapan saja dalam aktivitasnya sehari hari. Itu sebabnya setiap orang yang berada di dekat anak secara langsung ataupun tidak, ikut berperan dalam proses pendidikan anak, apakah dia itu orang tua, pengasuh anak, guru, saudara, kawan dekat, idola anak dan siapa saja yang pernah dilihat oleh anak. Jika mereka memberikan contoh yang baik, maka anak itu akan mendapatkan pendidikan yang baik, begitu pula sebaliknya. Kita sebagai orang yang berada di dekat anak anak membutuhkan wawasan, pengetahuan, pengalaman dan kemampuan yang cukup untuk mendidik generasi yang diharapkan dapat berbakti pada bangsa dan negara. Dan itu adalah tanggung jawab kita bersama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar