Nama ini cukup populer sebagai contoh generasi muda yang cemerlang di zaman Rasulullah. Beliau mampu memimpin pasukan perang dalam usia yang sangat muda- kurang lebih 18 tahun dan beliau dipilih langsung oleh Rasulullah SAW menjadi pemimpin perang. Peristiwa ini dapat memberikan beberapa pandangan terutama dalam proses pendidikan generasi muda pada umumnya. Usamah telah menjadi bukti dalam sejarah bahwa jika proses pendidikan dilakukan dengan baik dan benar, pada usia yang masih sangat muda seseorang sudah dapat melakukan hal hal yang luar biasa.
Bagi orang tua dan guru yang menginginkan kemajuan bagi generasi muda mungkin banyak yang bercita cita agar anak didiknya meneladani Usamah bin Zaid. Bayangkan jika remaja dalam usia yang sangat muda sudah memiliki banyak karya... mungkin tidak semua berbakat menjadi pemimpin, ada yang berbakat di bidang seni, ilmu alam, bahasa, dll.... dan semua sungguh sungguh mengembangkan karyanya.... akan tercipta sumber daya manusia dengan kualitas yang sangat baik yang berguna bagi masyarakat. Tapi sebelum kita terlanjur mabuk denagn mimpi mimpi itu, tidak ada salahnya jika kita mengenali sedikit tentang Sayidina Usamah bin Zaid dan proses pendidikan yang dialaminya....
Orang Tua
Ibunya Ummu Aiman, ayahnya Zaid bin Haritsah, keduanya adalah sahabat Rasulullah yang masuk dalam golongan yang paling dulu memeluk agama islam. Ummu Aiman adalah pengasuh Rasulullah yang berstatus sebagai budak kepunyaan ayahnya Abdullah bin Abdul Muthalib. Beliau dimerdekakan oleh Rasulullah setelah Rasulullah menikah dengan Siti Khadijah. Bapaknya Sayidina Zaid bin Haritsah, seorang budak yang diangkat menjadi
anak oleh Rasulullah. Jika ada yang mengatakan anak yang soleh terbentuk dari ibu yang solehah dan bapak yang soleh, ini adalah salah satu contohnya.
Soleh dan solehah bapak ibunya jauh sekali di atas gelar soleh dan solehah yang ada pada zaman ini. Bayangkan, menjadi orang yang paling awal memeluk agama Islam, diburu, dihina, diasingkan bahkan disiksa oleh kaum kafir. Masa itu adalah masa yang paling berat, dan mereka mampu menjalaninya dengan kekuatan dan kesabarannya. Setelah itu masa hijrah. Ummu Aiman berhijrah ke Habsyi lalu ke Madinah. Hijrah ke Madinah dilakukan dengan berjalan kaki, dalam keadaan berpuasa. Setelah itu masa peperangan. Ummu Aiman turut membantu memberikan air dan mengobati luka prajurit Islam. Suaminya yang pertama wafat, anaknya Aiman juga syahid di medan perang.
Sayidina Zaid bin Haritsah adalah salah seorang yang sangat disayangi oleh Rasul. Beliau adalah anak angkat yang lebih memilih untuk tinggal bersama Nabi dibandingkan dengan bapak kandungnya. Padahal kehidupan Nabi sungguh sederhana, bahkan penuh dengan ujian terlebih ketika Muhammad sudah diangkat menjadi Rasul. Tapi ini tidak membuatnya mundur, beliau setia mendampingi Nabi dalam setiap keadaan, hijrah, peeprangan dan apapun. Beliau sangat taat kepada Rasul, sampai ketika memilih pasangan hidup, Rasul lah yang menentukannya.
Tanpa berfikir panjang, beliau sanggup mengajukan diri untuk menikahi Ummu Aiman. Bayangkan, Sayidina Zaid bin Haritsah adalah anak angkat Nabi, sementara Ummu Aiman adalah pengasuh nabi, bisa dibayangkan jauhnya usia yang terpaut antara keduanya. Sepertinya, hal yang mendorong Sayidina Zaid bin Haritsah meminang Ummu Aiman adalah perkataan Rasul yaitu: siapa yang akan menikahi Ummu Aiman akan menjadi ahli syurga. Beliau mendapatkan apa yang diinginkannya denagn syahid di medan perang. Dan ternyata bukan cuma syahid yang didapatnya, ia pun mendapatkan zuriat yang tangguh: Sayidina Usamah bin Zaid.
Kita tidak bisa membayangkan hebatnya ibu dan ayah Usamah bin Zaid. Kecintaannya dan pengorbanannya pada Islam, pada Allah dan Rasul begitu besar yang dibayar dengan memberikan segala galanya untuk Allah dan Rasul, jiwa dan raganya.
Guru
Guru Sayidina Usamah adalah Baginda Rasulullah. Sebaik baiknya guru yang ada di sepanjang zaman. Seperti apakah Rasulullah mendidik Usamah? bagaimana jurus jurusnya? tidak ada yang tahu dan tidak akan ada yang mampu. Namun kita bisa belajar dari beberapa hadits dan sirah yang ada. Rasulullah mendidiknya dengan penuh kasih sayang yang tepat. Ketika masih kecil, Rasulullah sering menimang dan memangku Usamah bersama sama denagn cucunya Sayidina Hasan RA. Ketika Usamah terluka, Rasulullah yang merawat dan menghibur Usamah. Dan ketika Usamah sudah beranjak besar, Rasulullah juga yang menegur Usamah ketika salah dalam bertindak dengan cara yang berhikmah. Teguran itu sampai akhir hayat Sayidina Usamah tetap diingatnya, dan ia sudah bertekad untuk tidak kembali melakukan kesalahan yang sama.
Lingkungan
Bisa dikatakan Sayidina Usamah lahir dan besar dalam lingkungan yang penuh kedamaian dan kebaikan. Pada masa itu pembangunan Islam mulai berkembang. Jumlah pengikut Islam semakin bertambah, dan pada masa itu Rasulullah masih ada di tengah tengah umat Islam sebagai pemimpin dan pendidik. Umat Islam ketika itu mengalami dan menyaksikan sendiri wahyu diturunkan, peperangan dan perjuangan dilakukan bersama sama dengan Rasulullah. Tujuan hidup mereka sangat jelas, untuk memperoleh keredhoan Allah dan Rasul. Pada masa itu bukan harta benda yang menjadi barang berharga, tapi apa yang dapat mereka buat untuk menunjukkan cinta dan pengorbanan mereka kepada Rasulullah SAW. Dalam usia di bawah 15 tahun, banyak sekali pemuda yang berusaha agar dapat ikut serta dalam berbagai peperangan. Dan Usamah bin Zaid termasuk salah satu pemuda yang pernah bersedih karena belum diizinkan untuk ikut berperang.
Bagaimana jika dibandingkan dengan lingkungan kita sekarang? berapa banyak pemuda pemudi yang telah memiliki cita cita tinggi untuk Allah dan Rasul? dengan berbagai permasalahan yang ada sekarang, nampaknya kita masih jauh sekali.....
Materi Pendidikan
Semoga kita bisa mencontoh materi pendidikan apa saja yang pernah disampaikan kepada Usamah dan pemuda pemudi islam ketika itu.....Tujuan pendidikan ketika itu sangat sederhana, dan setiap orang dari berbagai kalangan, tingkatan dan berbagai kemampuan mampu mengikutinya jika mereka bersungguh sungguh. Materi pendidikan ketika itu adalah Iman Islam dan Ihsan. Dari ketiga pokok bahasan ini dapat diuraikan lagi ilmu fardhu ain dan ilmu fardhu kifayah. Ilmu ini diamalkan oleh setiap muslim sampai akhir hayatnya, dari hal hal yang bersifat keyakinan, perbuatan dan adab adab. Ilmu selain itu boleh dicari, tidak pernah disembunyikan, dihalang atau dibatasi, apalagi yang membawa dampak positif bagi ummat.
Secara teknis, ilmu tidak pernah dibatasi di kalangan muda dan tua. Rasulullah menyampaikan wahyu kepada seluruh manusia. Jika ilmu wahyu saja tdiak disembunyikan, apalagi ilmu lain yang sifatnya tidak wajib. Setiap orang boleh mencari ilmu dan berlatih dengan proses magang. Contohnya, sebelum Sayidina Usamah menjadi panglima perang, beliau telah mengikuti beberapa kali peperangan, sehingga telah memiliki kemampuan teknis dan mengetahui suasana peperangan. Sebelum beliau diizinkan untuk menjadi prajurit perang pun beliau telah berlatih agar dapat diterima menjadi prajurit perang. Denagn latihan dan proses magang ini, ilmu beliau semakin bertambah. Tentu saja banyak ilmu yang didapatkan langsung ketika beliau turut dalam peperangan. salah satunya adalah teguran dari Rasulullah. Teguran yang diberikan oleh Rasul tidak menjadikannya mundur, tapi membuatnya menjadi lebih berhati hati dalam mengambil keputusan dalam peperangan.
Bagaimana dengan masa sekarang? .......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar