Kamis, 18 Desember 2014

Perkembangan Anak Usia Dini: Ketika Anak Berbuat Kesalahan

Gambar dari Shutter stock
Mungkin kita pernah mengalami di rumah kasus seperti ini:  seorang anak yang berusia 3 tahun langsung menjerit dan menangis berderai air mata ketika tanpa sengaja dia memecahkan toples kaca yang berisi bumbu dapur. Terlihat sekali kalau dia kaget dan stress setelah berbuat kesalahan walaupun itu tidak disengaja. Momen seperti ini adalah momen yang cukup penting dan berharga untuk perkembangan mental anak terutama anak pada usia dini, jadi jangan sampai momen ini dibiarkan begitu saja atau ditangani dengan sikap yang salah. Jika hal ini terjadi dikuatirkan perkembangan emosi dan persepsi anak di tahap selanjutnya tidak sesuai deangn yang kita harapkan. Kita tentu bercita cita anak anak memiliki mental yang kuat, tidak takut salah, tidak gampang menyerah jika menghadapi masalah, dll. Jadi jangan sampai salah dalam bersikap karena ini akan menentukan perkembanagn anak di tahap selanjutnya.

Kalau kita membuka kembali panduan mendidik anak dalam Islam, masa 3 tahun adalah masa di mana seorang anak perlu mendapatkan banyak kasih sayang. Hal ini cukup sesuai denagn psikologi perkembangan anak karena pada tahap ini seorang anak masih belum mampu melakukan daya nalarnya secara konsisten, terlebih lagi perkembangan fisik motorik halus dan kasarnya masih terbatas. Jadi sangat diterima kalau anak anak seusia ini perlu diperlakukan dengan lemah lembut, tanpa terlalu banyak teguran, apalagi hukuman dan larangan.

Namun panduan ini membuat kita bertanya tanya, apa yang seharusnya dilakukan jika seorang anak berbuat kesalahan pada usia ini?  dan sebetulnya tidak ada jawaban yang baku untuk pertanyaan tersebut. Anak anak memiliki bermacam macam sikap ketika berbuat salah, ada yang langsung menghindar, kalau perlu menutupi kesalahannya, ada yang stress dan langsung menangis, tapi dari semua ekspresi yang kita rekam, kita perlu ingat bahwa anak anak apalagi pada usia dini masih bersih dan masih sesuai denagn fitrah, sehingga apapun sikap mereka, kita perlu meyakinkan diri bahwa setiap anak yang berbuat salah akan merasa bersalah. Namun mereka memiliki cara sendiri untuk menutupi rasa bersalah itu.

Jadi tidak ada gunanya untuk memarahi atau menghukum anak terlalu keras karena sikap ini akan membuat anak untuk takut berbuat salah dan tidak tahu bagaimana menyelesaikan masalah dari kesalahan tersebut.  Yang perlu kita lakukan adalah bagaimana agar anak menerima kesalahannya tapi tidak pergi dari masalah dan membantunya menyelesaiakn masalah dari kesalahan yang dibuatnya. Dengan cara seperti ini semoga anak anak tidak melarikan diri dari masalah, tidak menutupi kesalahannya atau takut berbuat kesalahan.

Mungkin kita baru menikmati hasil didikan ini setelah 5 atau 10,tahun mendatang, tapi didikan kecil ini akan memberi pengaruh besar pada anak kelak ketika menemukan masalah dalam pelajaran, atau melakukan kesalahan dalam tugas atau soal pelajaran, dll. Anak yang dibantu untuk menyelesaikan masalahnya akan lebih berani dalam bertindak, tidak mundur ketika melakukan kesalahan, bahkan denan cepat akan berusaha berbuat sesuatu untuk menyelesaikan masalah akibat kesalahannya dibanding anak yang hanya menerima teguran dan hukuman.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar