|
Gambar diambil dari sini |
Kalau ada seseorang yang tiba tiba mengajak anda untuk menjadi guru matematika, apa yang akan anda lakukan? kalau hal itu terjadi kepada saya, terus terang saya akan bingung untuk memulai dari mana. Karena bidang matematika ini sungguh luas dan hampir setiap kegiatan kita sehari hari pun menggunakan matematika. Apalagi jika yang diajar adalah anak anak usia sekolah dasar.... tentu kita tidak ingin anak anak kehilangan waktunya untuk mempelajari hal hal yang penting karena ilmu ini akan menjadi bekal bagi mereka kelak, tapi juga tidak ingin waktunya sia sia karena mempelajari hal hal yang tidak perlu dan tidak dipakai dalam kehidupannya. Dari pada bingung berkelanjutan, lebih baik kita mencari informasi dari orang lain yang sudah berpengalaman menjadi matematika.
Saya memilih Marilyn Burn menjadi salah satu nara sumber tentang pelajaran matematika anak anak sekolah dasar. Beliau menjadi guru sejak tahun 1962 dan telah menulis banyak buku. Buku bukunya banyak yang berisi tentang pendidikan matematika sekolah dasar. Ia juga menulis beberapa buku komik untuk anak anak yang menarik dan bisa dijadikan bahan selingan mengajar jika anak anak sedang bosan belajar matematika.Beberapa hal yang disampaikan oleh Marilyn Burns cukup menarik dan bisa menjadi masukan untuk orang yang sudah dan ingin mengajar matematika.
Wacana yang diberikan oleh Marilyn Burns antara lain adalah belajar matematika tidak sama denagn berhitung. Walaupun berhitung adalah bagian dari matematika, tapi matematika sendiri jauh lebih luas dari berhitung dan mencongak. Jangan berfikir ketika kita sudah mengajarkan perkalian tiga digit dan pembagian kita sudah mengajarkan matematika. Yang sebenarnya kita ajarkan adalah prosedur standard dalam menghitung perkalian. Hal ini menjadi sangat berbeda jika kita berbicara tentang matematika. Ruang lingkup matematika lebih luas dari berhitung dan dapat dipelajari dengan berbagai cara.
Walaupun setiap anak harus dilatih untuk berhitung dengan baik, seperti kita latihan teknis ketika bermain piano sebelum bermain sonata, atau berlatih mencampur dan gradasi warna sebelum membuat lukisan, atau membuat banyak coretan sebelum menggambar denagn teknik pensil, tapi tujuan kita belajar matematika bukan hanya untuk berhitung, tapi lebih dari itu, menyelesaikan masalah denagn alat bantu matematika.
Marilyn Burns telah menemukan anak anak yang tidak dilatih utnuk berfikir secara matematis belum tentu dapat untuk menyelesaikan soal cerita atau soal yang berbeda dengan soal berhitung. Contohnya, untuk perhitngan sederhana seperti penjumlahan dan pengurangan sudah diajarkan di sekolah anak anak mampu mengerjakannya tapi ketika diberi soal cerita, mereka terdiam. Ada beberapa yang meminta petunjuk dari gurunya dan bertanya" ditambah atau dikurang? ".
Tentu saja ini menunjukkan ada hal lain yang belum dikuasai sehingga mereka tidak memiliki keberanian untuk menyelesaikan soal tersebut sendiri. Persoalan ini semakin memuncak ketika ternyata soal cerita yang diberikan oleh guru jumlahnya tipikal. Dari pengalaman pribadi ketika menemani anak mengerjakan soal matematika sekolah dasar, soal cerita yang diberikan sifatnya tipikal, sehingga jika anak sudah menemukan cara utnuk mengerjakan soal ke satu, ia akan menduplikat cara kerjanya ke soal ke 2 ke 3 dst. Ternyata hal ini juga terjadi pada beberapa anak yang diteliti oleh Marilyn Burns.
Tentu saja hal ini jauh sekali dari yang diharapkan. Kita bisa menggunakan mesin hitung dan alat lain untuk menggantikan tugas menghitung, tapi mesin hitung tidak dapat memberikan penyelesaian dari suatu masalah baik yang bersifat sederhana ataupun kompleks. Lebih jauh lagi, akibat dari kita hanya melihat matematika sebagai ilmu berhitung yang prosedural, kita tidak mampu menghubungkan kegiatan matematika denagn masalah yang nyata dalam kehidupan sehingga lambat laun ilmu matematika akan menjadi asing dan terpisah dari kehidupan nyata. Pemisahan itu seharusnya tidak terjadi karena berhitung dan memecahkan masalah adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Pendekatan mengajar dengan menggunakan prosedur matematika standard dalam berhitung seperti perkalian dua digit, dll juga memiliki banyak kekurangan, salah satunya tidak melatih dan membuat siswa memiliki kemampuan dan keberanian untuk bereksperimen dan menemukan sendiri cara menyelesaikan persoalan matematika. Cara ini bisa membuat anak anak melupakan matematika ketika pelajaran matematika sudah usai dan kurang tertark dengan matematika (math is so boring...!).
Berbeda jika anak dilatih untuk menemukan sendiri atau membuat cara sendiri menyelesaikan masalah. Dia akan lebih memahami dan mampu menyelesaikan soal yang diberikan. Hal ini ditemukan oleh Marilyn Burns ketika dia memberikan soal cerita tentang pembagian dan meminta anak anak menyelesaikannya sendiri denagn cara apapun. Marilyn Burns menerima semua cara yang dipakai oleh anak anak dan membicarakannya bersama mereka. dari pembicaraan ini ia bisa melihat
bagaimana cara anak berfikir dan menyelesaikan soal.
Soal yang bersifat problem solving adalah wacana yang menarik untuk mengajar matematika. Sayangnya tidak semua mampu untuk membuat soal seperti ini dalam jumlah yang banyak. Dengan soal problem solving, bukan juga berarti kita menghilangkan unsur latihan berhitung di dalamnya tapi kita menggabungkan soal problem solving dan berhitung menjadi satu kesatuan. Ada beberapa cara yang diberikan oleh Marilyn Burns utnuk membuat soal matematika seperti:
1. Menghubungkan matematika dengan kehidupan sehari hari seperti ketika membeli barang, membagikan makanan, mengatur waktu kegiatan, memasak, membuat prakarya, merajut, dll. Ada banyak sekali kegiatan sehari hari yang bisa dilakukan untuk menjadi soal matematika.
2. Membuat soal matematika dari buku cerita. Ada beberapa buku cerita yang bisa dipakai untuk berlatih matematika. Buku seperti puzzle dapat langsung dipakai untuk berlatih, contohnya buku seperti ini:
Kita juga bisa membuat soal tambahan dari buku yang sudah ada untuk berlatih atau kalau ada waktu luang membuat buku cerita sendiri. Dari buku seperti ini anak anak belajar untuk menerapkan ilmu berhitungnya menjadi alat utnuk memecahkan masalah.
3. Membuat model matematika denagn alat yang sederhana seperti kertas, sedotan, balok kayu, dll. Benda seperti ini membuat anak anak bisa melihat dengan kongkrit soal matematika yang biasanya diwakili denagn angka, lebih mudah memahami soal yang diberikan, melatih untuk menyelesaikan soal cerita ke dalam model yang lebih sederhana,melatih numbersense, belajar mencoba menyelesaikan soal matematika dengan caranya sendiri, dll.
4. Mengajak anak untuk membuat soal matematika sendiri dari pelajaran yang sudah dipahami. Ini akan menunjukkan seberapa jauh pemahaman anak anak terhadap pelajaran yang diberikan.
Selain cara di atas, ada banyak lagi kegiatan yang dapat dibuat untuk melatih matematika. Kita bisa menghubungkan seni, arsitektur, musik, tari tarian, dll dengan matematika. Ada banyak permainan dan puzzle yang membuat anak berfikir secara matematis seperti permainan catur, congklak, sudoku, kakuro dll yangbisa dimanfaatkan utnuk berlatih matematika.